Tugas Makalah Pancasila "Memudarnya Batik Sebagai Identitas Kultural Di Tinjau dari Nilai Sila Kedua Pancasila"
MEMUDARNYA BATIK SEBAGAI IDENTITAS
KULTURAL DI TINJAU DARI NILAI SILA KEDUA PANCASILA
Proposal Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pancasila
Disusun
oleh:
Abdullah (16540010)
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN
PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN
KALIJAGA
YOGYAKARTA
2016
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb
Segala puji syukur penulis
haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat , Hidayah, dan
Inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan rancangan proposal penilitian pancasila. Tak lupa shalawat serta
salam tetap bersenandung kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang.
Dalam penyusunan proposal ini penulis
telah berusaha semaksimal mungkin supaya dapat selesai dengan baik, penulis
juga menyadari bahwa dalam proposal ini masih banyak kekurangan, baik dari segi
penyusunan kalimat ataupun tata bahasa sehingga jauh dari kata sempurna. Dengan
tangan terbuka penulis menerima segala kritik dan saran yang dapat menyempurnakan
proposal ini. Penulis mengharapkan semoga proposal ini mampu menjelaskan secara
umum mengenai “Memudarnya Batik Sebagai Identitas Kultural di Tinjau Dari Nilai
Sila Kedua Pancasila” dan mampu memperluas cakrawala pengetahuan pembaca.
Wassalamualaikum wr. wb.
Yogyakarta, Desember 2016
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................. i
Daftar Isi...................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 2
C. Batasan Masalah......................................................................................... 2
D. Tujuan Penelitian........................................................................................ 2
E. Manfaat Penelitian...................................................................................... 3
F. Tinjauan Pustaka......................................................................................... 3
G. Landasan Teori........................................................................................... 4
H. Hipotesis..................................................................................................... 4
I. Metodologi Penelitian................................................................................ 5
1. Jenis Penelitian..................................................................................... 5
2. Sumber Data......................................................................................... 5
3. Teknik Pengambilan Data..................................................................... 5
4. Waktu Dan Tempata Penelitian............................................................ 5
5. Sistematika Pembahasan....................................................................... 6
BAB II Pembahasan..................................................................................................... 7
A. Pengertian Budaya Batik............................................................................ 7
1. Batik Sebagai Identitas Kultural.......................................................... 9
2. Perkembangan Batik Ditinjau Dari Nilai Sila Kedua Pancasila........... 10
B. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Memudarnya Batik Di Indonesia....... 10
C. Upaya Yang Dapat Dilakukam Umtuk Mempertahankan Batik................ 12
D. Tanggapan Dari Budayawan Dan Pengusaha Batik................................... 16
BAB III Kesimpulan.................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 18
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah sebuah bangsa
dengan komposisi etnis yang sangat beragam. Begitu pula dengan ras, agama,
aliran kepercayaan, bahasa, adat istiadat, orientasi kultur kedaerahan, serta
suatu pandangan hidupnya. Dengan kata lain, bangsa Indonesia memiliki potensi,
watak, karakter, hobi, tingkat pendidikan, warna kulit, status ekonomi, kelas
sosial, pangkat dan kedudukan, varian keberagaman, cita-cita, perspektif,
orientasi hidup, loyalitas organisasi, kecenderungan dan afiliasi ideologis
yang berbeda-beda. Setiap kategori sosial memiliki budaya internal sendiri yang
unik, sehingga berbeda dengan kecenderungan budaya internal kategori sosial
yang lain. Dari segi kultural maupun struktural, fenomena tersebut mencerminkan
adanya tingkat keragaman tinggi.[1]
Keberagaman kebudayaan juga ikut
serta dalam melengkapi tingkat pluralitas yang ada di Indonesia. Kebudayaan ini
merupakan hasil karya, cipta manusia melalui tingkah laku dan kebiasaan yang
mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan tingkat keberagaman yang
tinggi dapat menjadi salah satu modal besar dalam membangun kebudayaan.
Namun, pada dewasa ini budaya-budaya
negara lain yang bebas keluar masuk tanpa adanya sebuah filter terus menerus
menggempur dan memecah kebudayaan Indonesia. Dengan fenomena seperti itu
menyebabkan banyak masyarakat Indonesia yang lebih memilih kebudayaan luar dan
melupakan kebudayaan mereka sendiri yang bahkan menjadi suatu Identitas
Kultural bagi Indonesia. Salah satu kebudayaan Indonesia yang mulai tersisih
oleh kebudayaan luar ialah Batik. Batik adalah
kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya
Indonesia. Di masa lalu membatik merupakan salah satu mata pencaharian yang ada
dalam kehidupan masyarakat. Batik juga termasuk salah satu pusaka budaya.
Pelestarian budaya akan membangun masa depan yang menyinambungkan berbagai
potensi masa lalu dengan berbagai perkembangan jaman yang terseleksi.
Kesinambungan yang menerima perubahan merupakan konsep utama pelestarian, yang
bertujuan untuk memelihara sumber budaya dan identitas suatu lingkungan pusaka.[2]
Dalam makalah ini penulis memaparkan
faktor-faktor penyebab memudarnya batik, upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
menanggulanginya, dan pendapat dari budayawan serta pengusaha batik mengenai
Memudarnya Batik Sebagai Identitas Kultural.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian budaya batik ?
2. Apa saja faktor yang memengaruhi Memudarnya
Batik Sebagai Identitas Kultural ditinjau
dari nilai sila kedua pancasila ?
3. Bagaimana upaya mempertahankan
Batik Sebagai Identitas Kultural ditinjau dari nilai sila kedua pancasila ?
4. Bagaimana pendapat dari budayawan dan pengusaha batik mengenai Memudarnya Batik Sebagai Identitas Kultural ditinjau dari nilai
sila kedua pancasila ?
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini perlu adanya sebuah batasan masalah supaya
tidak keluar dari topik pembahasan. Penulis hanya membahas mengenai Batik Sebagai Identitas Kultural Yang Ditinjau Dari Nilai Sila
Kedua Pancasila yang pada dewasa ini sudah mulai memudar karena budaya dari
luar negeriyang bebaas keluar masuk.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengatahui faktor-faktor yang menyebabkan memudarnya batik
sebagai sebuah identitas kultural ditinjau dari nilai sila kedua pancasila.
2. Untuk mencari upaya efektif yang dapat kita lakukan untuk
mempertahankan batik sebagai sebuah indentitas kultural ditinjau dari nilai
sila kedua pancasila.
3. Untuk mengetahui pendappat dari budayawan daan pengusaha batik
mengenai memudarnya batik sebagai sebuah identitas kultural ditinjau dari nilai
sila kedua pancasila.
E. Manfaat Penelitian
1. Pembaca maupun penulis dapat menambah wawasan mengenai batik
sebagai identitas kultural
2. Masyarakat mampu menjaga kebudayaaan terutama batik yang telah
diwariskan.
3. Masyarakat mampu memfilter budaya yang luar negeri yang masuk ke
Indonesia.
F. Tinjauan Pustaka
Dari penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan mengenai batik
terdapat sumber-sumber penelitian yang penulis gunakan untuk menambah materi
pembahasan, diantaranya :
Skripsi Monica Merly Pangalila mahasiswa UIN Sunan Kalijaga
Fakultas Ilmu Sosial Dan Humaniora Program Studi Ilmu Komunikasi yang berjudul
“ Promosi Ikatan Pecinta Batik Nusantara Dalam menumbuhkan Rasa Cinta batik
Melalui Event Putra Putri Batik Nusantara”. Memberikan gambaran tentang salah
satu upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan batik.
Skripsi Amelia Widya Pangesti mahasiswa UIN Sunan Kalijaga
Fakultas Ilmu Sosial Dan Humaniora Program Studi Ilmu Komunikasi yang berjudul
“Proses Pembentukan Citra Pariwisata Daerah Melalui Peran Community Development
(Studi Deskriptif Kualitatif Komunitas Pengrajin Batik Gumelan di kabupaten
Banjarnegara)”. Memberikan gambaran tentang salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk melestarikan batik.
Skripsi Nanang Kurniyawan mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Fakultas Ilmu Sosial
Dan Humaniora Program Studi Sosiologi yang berjudul “Peran Pemerintah Kabupaten
Dan UKM Dalam Pemberdayaan Pengrajin Batik Di Desa Tancep Kecamatan
Ngawen Kabupaten Gunungkidul ”. Memberikan gambaran tentang
salah satu upaya yang dapat pemerintah lakukan untuk melestarikan batik.
Skripsi Sukma Irawan mahasiswa UIN Sunan Kaljaga Fakultas Ushuluddin
Jurusan Perbandingan Agama yang berjudul “Makna Motif Batik Yogyakarta”. Memberikan sedikit penjelasan mengenai batik dan sejarahnya.
Dari beberapa sumber-sumber penelitian yang penulis gunakan tidak
ada yang membahas mengenai memudarnya batik sebagai identitas kultural dan
instrumen integrasi nasional, tetapi dari beberapa penelitian sebelumnya mampu
menambah sumber referensi dan materi yang ada dalam penelitian ini.
G. Landasan Teori
Sekarang kerap kali budaya digabungkan dengan kata Sansekerta
“Buddhaya” (h), yaitu bentuk jamak dari kata (mufrad) “buddhi” yang berarti
akal, pandangan, atau maksud. Kemudian darinya kata budaya hanya berarti
“beberapa akal”, ditarik kasini dan kesana, diperlengkapi dengan hasil fantasi
yang berkembang biak hingga akhirnya arti kata itu cocok persis dengan pikiran
pengarang pada umumnya.[3]
Menurut J Van Baal dalam karangannya “De Westersche beschavingals
constante factor in hedendaagse acculturatie proces” bahwa kebudayaan itu
adalah kita.[4]
Suatu masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkannya, tidak mungkin berhenti
berproses, kecuali apabila masyarakat dan kebudayaan tersebut telah mati.
Mungkin saja perubahan yang terjadi tidak begitu nampak , karena manusia kurang
menyadarinya atau kurang terlibat.[5]
Kebudayaan akan selalu mengalami siklus morfologi , Arnold
Toynbee seorang filosof sejarah Inggris mengemukakan teori tentang morfologi
kebudayaan bahwa kebudayaan yang sanggup menjawab tantangan yang dihadapinya
akan berkembang, yang sukses menjawab akan maju, yang gagal akan mundur, yang
tidak sanggup akan hancur.[6]
H.
Hipotesis
Di dalam kebudayaan Indonesia yang sangat banyak dan beragam,banyak
pula kebudayaan yang kini telah hilang bahkan sebagian sudah diklaim oleh
negara lain. Dalam fenomena ini penulis menduga kurangya kesadaran dan upaya
yang dilakukan baik oleh pemerintah dan masyarakat dalam melestarikan dan
menjaga kebudayaan terutama batik yang
telah diwariskan oleh masyarakat sebelumnya.
I. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah jenis penelitian
kualitatif deskriptif. Penulis melakukan penelitian ini dengan mencari data
yang penulis peroleh melalui studi kepustakaan dan wawancara ke beberapa tokoh.
Lalu menganalisis data tersebut apa adanya sesuai dengan data yang sudah
diperoleh dari studi kepustakaan dan hasil wawancara tersebut.
2. Sumber Data
Berdasarkan sumbernya data dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari pihak pertama
seperti informan atau objek yang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi
informan adalah budayawan, dan pengusaha batik.
b. Data Sekunder
Daata sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak kedua,
misalnya buku. Data sekunder ini akan di peroleh dari perpustakaan yang berupa
buku, skripsi, jurnal, internet dan laporan-laporan lainnya.
3. Teknik Pengambilan Data
Adapun teknik pengambilan data yang digunakan penulis adalah
wawancara dan studi kepustakaan.
4. Waktu dan Tempat Penelitian
Penulis melakukan penelitian mengenai batik sebagai identitas
kultural dan instrumen integrasi
nasional pada tanggal 10 November 2016 – 10 Desember 2016. Adapun tempat
yang menjadi rujukan dalam mengumpulkan sumber data diantaranya :
a.
Perpustakaan
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
b.
Teatrikal
Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
c.
Sumber
Internet yang valid
5.
Sistematika
Pembahasan
Dalam pembahasan makalah ini akan
dibagi menjadi tiga bab.
Bab pertama, adalah bab pendahuluan dari penulisan. Dalam bab ini berisi
penjelasan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, hipotesis,
metodologi penelitian yang meliputi ( jenis penelitian , sumber data, teknik
pengambilan data, waktu dan tempat penelitian), dan sistematika pembahasan.
Dalam bab ini berisi gambaran seluruh penelitian secara umum mengenai Batik Sebagai
Identitas Kultural Ditinjau Dari Nilai Sila Kedua
Pancasila.
Bab kedua, adalah bab
dimana akan dijelaskan secara lebih rinci mengenai budaya Batik Sebagai
Identitas Kultural Ditinjau Dari Nilai Sila Kedua
Pancasila, apa saja faktor-faktor yang
menyebabkan memudarnya batik di Indonesia, apa saja upaya yang dapat dilakukan
untuk mempertahankan batik , dan bagaimana pendapat dari budayawan serta
pengusaha batik mengenai semakin memudarnya batik sebagai Identitas Kultural Ditinjau Dari Nilai Sila Kedua Pancasila.
Bab ketiga,pada bab ini
berisi kesimpulan, dan daftar pustaka.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Budaya Batik
Budaya berasal dari bahasa Sansekerta “Buddhaya” (h), yaitu bentuk
jamak dari kata (mufrad) “buddhi” yang berarti akal, pandangan , atau maksud.
Kemudian darinya kata budaya hanya berarti “beberapa akal”, ditarik kasini dan
kesana, diperlengkapi dengan hasil fantasi yang berkembang biak hingga akhirnya
arti kata itu cocok persis dengan pikiran pengarang pada umumnya.[7]
Kuntowijoyo berpendapat bahwa, budaya adalah sebuah sistem yang
mempunyai koherensi. Bentuk-bentuk simbolis yang berupa kata, benda, laku,
mite, sastra, lukisan, nyanyian, musik , kepercayaan mempunyai kaitan erat
dengan konsep-konsep epistemologis dari sistem pengetahuan masyarakatnya.
Sistem simbol epistemlogis juga tidak terpisahkan dari sistem sosial yang
berupa stratifikasi, gaya hidup, sosialisasi , agama, mobilitas sosial,
organisasi kenegaraan, dan seluruh perilaku sosial. Demikian juga budaya
material yang berupa bangunan, peralatn, persenjetaan tidak dapat dilepaskan
dari seluruh konfiguasi budaya. Masih harus ditambahkan ke dalam hubungan ini,
sejarah dan ekologi sebuah masyarakat, yang keduanya mempunyai peranan besar
dalam pembentukan budaya.[8]
Menurut Kuntjaraningrat , kebudayaan adalah keseluruhan dari
kelakuan dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang yang
harus didapatnya dengan belajar dan semuanya tersusunn dalam kehidupan
masyarakat.[9]
Menurut Soerjono Soekanto, Kebudayaan merupakan hasil karya , cipta
manusia yang didasarkan pada karsa.[10]
Sedangkan menurut Moh Hatta dalam kongres Kebudajaan ke – 1
(magelang, tahun 1948) Kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa .
selanjutnya dijelaskan , kebudayaan banyak sekali macamnya. [11]
Kebudayaan sendiri khususnya kebudayaan masyarakat Indonesia, dapat
di artikan sebagai cerminan dari kepribadian bangsa. Menurut Dewan Perancang
Nasional, kepribadian Indonesia adalah “keseluruhan ciri-ciri khas bangsa
Indonesia yang membedakan bangsa Indonesia dari bangsa lain”. Keseluruhan
ciri-ciri khas bangsa Indonesia adalah pencerminan dari garis pertumbuhan dan
perkembangan bangsa Indonesia itu oleh kehidupan bangsa Indonesia dan
dipengaruhi oleh tempat, lingkungan, dan suasana waktu sepanjang masa.[12]
Pada dasarnya bangsa Indonesia tetap hidup dalam kepribadiannya
sendiri. Bangsa indonesia secara jelas dapat dibedakan dari bangsa-bangsa lain.
Apabila kita memperhatikan tiap sila Pancasila itu adalah pencerminan dari
bangsa kita.
Dari pengertian beberapa tokoh, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan
merupakan hasil dari akal pikiran manusia yang kemudian di implementasikan
dalam kehidupan bermasyarakat.
Batik adalah kerajinan yang memiliki
nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia. Di masa lalu
membatik merupakan salah satu mata pencaharian yang ada dalam kehidupan
masyarakat.
Sebutan batik pun datang dari orang jwa yakni ambatik
yang maknanya menggambar dan menulis.[13]
Selama berabad-abad, pengrajin-pengrajin di Jawa bekerja sepenuhnya dalam
kesenian, merefleksikan kebudayaan dan kepercayaan di daerah mereka dalam
kekayaan warna dan detail desain kain. Desai kain diwariskan pada satu generasi
ke generasi yang lain dan sebagian besar bersumber pada flora dan fauna
disekeliling mereka. Pengerjaan batik sering menggambarkan sastra klasik Jawa.
Berbagai sebutan menandakan karya batik selalu dipandang sebagai baju yang
elok, kain batik dahulu merupakan pakaian resmi kalangan ningrat.[14]
Motif-motif batik di Nusantara umumnya
melambangkan falsafah hidup masyarakatnya daerah setempat. Oleh karena itulah
maka masing-masing daerah mempunyai ragam corak dan warna yang khas.
Batik juga termasuk salah satu pusaka budaya.
Pelestarian budaya akan membangun masa depan yang menyinambungkan berbagai
potensi masa lalu dengan berbagai perkembangan jaman yang terseleksi.
Kesinambungan yang menerima perubahan merupakan konsep utama pelestarian, yang
bertujuan untuk memelihara sumber budaya dan identitas suatu lingkungan pusaka. Pada tanggal 2 Oktober, 2009 UNESCO
telah menetapkan batik Indonesia sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan
dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Ini merupakan hal yang sangat membanggakan bagi masyarakat Indonesia, karena
sudah ada pengakuan dari dunia internasional bahwa batik merupakan salah satu
budaya milik Indonesia asli.[15]
1.
Batik Sebagai Identitas Kultural
Dengan adanya pengakuan bahwa batik adalah milik
Indonesia sudah tentu pengakuan tersebut secara tidak langsung juga menciptakan
sebuah identitas yang positif bagi Indonesia, sehingga Indonesia tidak hanya
dikenal dengan sebuah negara yang sering melakukan praktek Korupsi dikalangan
pejabat pemerintahannya.[16]
Untuk membentuk identitas positif semacam itu perlu upaya dari seluruh warga
negara, baik pemerintah maupun masyarakat. Namun apabila identitas kultural
yang positif dalam bentuk batik tidak dilestarikan, identitas tersebut bisa
hilang bahkan diklaim oleh negara lain sehingga kita kembali kepada identitas
negara yang kaya akan korupsi atau bahkan tidak memiliki sebuah identitas
kultural.
Menurut seorang budayawan Aly D Musrifa, batik
adalah sebuah karya seni yang pada setiap motif batik yang tergambar mengandung
sebuah makna tersendiri. Konsep isian pada batik pun merupakan sebuah
implementasi ekspresi dari seorang pengrajin batik. Biasanya sebuah kain batik
itu di beri sebuah tanda tangan pengrajin. Pada zaman dahulu batik merupakan
sebuah identitas sosial dimana seseorang bisa dinilai tingkat status sosialnya
dari batik yang dikenakan.[17]
2.
Perkembangan Batik Ditinjau Dari Nilai Sila Kedua Pancasila
Suatu
kebudayaan terutama batik akan membutuhkan nilai-nilai dalam pancasila untuk
pengembangannya. Dalam pancasila sila kedua yang berbunyi “kemanusiaan yang
adil dan beradab” dapat dijadikan sebuah acuan atau dasar dalam pengembangan
batik di Indonesia.
Di sini sila
kemanusiaan menjadi payung bagaimana tanggung jawab perkembangan kebudayaan
tidak bisa anti kemanusiaan atau dehumanis melainkan proses peradaban
humanis bermartabat.
Prinsip-prinsip dasar atau sila-sila dari pancasila merupakan
acuan, dasar dan sumber mata air pengembangan proses-proses kebudayaan bangsa
indonesia.[18]
B.
Faktor-faktor yang menyebabkan memudarnya batik di Indonesia
Dari beberapa sumber buku yang penulis dapat
melalui studi pustaka ke Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, sumber dari internet
dan hasil wawancara yang penulis dapatkan dari beberapa responden yaitu
budayawan, dan pengusaha batik, faktor-faktor yang menyebabkan memudarnya batik
di Indonesia ada beberapa hal, yaitu :
1.
Perkembangan teknologi yang sangat pesat
Dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat,
banyak generasi muda yang mengikuti arus perkembangan tersebut, bahkan hanyut
di dalamnya sampai melupakan warisan budaya yang harus mereka lestarikan.
Misalnya, pada zaman ini banyak generasi muda yang pandai mengoperasikan HP,
gadget, smartphone, laptop, dll, tetapi sedikit dari mereka yang tahu bagaimana
cara memegang canting, bagaimana cara membatik. Fenomena semacam ini dapat
menimbulkan kurangnya SDM bahkan tidak adanya generasi muda yang mewarisi budaya
Indonesia terutama batik.
2.
Kurangnya penghargaan terhadap seniman (pengrajin batik)
Batik
adalah sebuah karya seni yang pada setiap motif batik yang tergambar mengandung
sebuah makna tersendiri.[19]
Maka pengrajin atau pembuat batik dapat juga dikatakan sebagai seorang seniman.
Karya seni mereka dalam bentuk batik kurang mendapat apresiasi dikalangan
masyarakat. Masyarakat masih enggan mengeluarkan uang banyak hanya untuk
membeli batik.
3.
Kurangnya kesadaran akan budaya batik
Masyarakat
Indonesia memang suka membanggakan betapa bangsa Indonesia memiliki sejarah
budaya dan seni yang kaya dan besar. Tetapi jika kita lihat dalam praktik, maka
rasa bangga dan penghargaan pada budaya dan seni itu hanya di bibir saja. Kita
membiarkan saja benda-benda budaya dan seni bangsa kita diboyong orang asing ke
luar negeri.[20]
Masyarakat Indonesia memang mengakui bahwa batik adalah milik Indonesia tetapi
mereka masih belum sadar bahwa pengakuan mereka juga memerlukan suatu tindakan
yang nyata supaya batik tetap terjaga.
4.
Kurangya
peran pemerintah.
Dalam
melestarikan batik sebagai budaya Indonesia seluruh warga negara Indonesia
memliki peran dalam melestarikan budayanya terutama batik, akan tetapi peran
masyarakat saja tidak akan cukup, perlu peran yang dari pemerintah. Pemerintah
yang kurang memberi dukungan dalam hal permodalan misalnya, hal ini mampu
menjadi penyebab hilangnya batik sebagai budaya Indonesia. Dalam hal motif,
banyak ditemukan perselisihan antar pengrajin yang saling mengklaim motif ini
miliknya A, motif ini miliknya B, sehingga juga perlu peran pemerintah untuk
menjadi mediator dalam masalah tersebut.[21]
5.
Tingkat kreativitas pengrajin yang rendah.
Dalam
membuat sebuah karya batik tentu membutuhkan ide-ide atau kekreatifan yang
nantinya akan tertuang ke lembaran kain, akan tetapi dewasa ini banyak
pengrajin yang hanya mengikuti tren yang populersehingga kekreatifan mereka
terbatas. Misalnya, pada saat ini tren batik yang sedang populer adalah motif
mega mendung, kemudian semua pengrajin memproduksi kain batik dengan motif mega
mendung. Dengan pola pikir pengrajin yang hanya mengekor kepada pengrajin lain
atau motif batik yang sedang populer maka tingkat kekreatifan mereka akan terbatas
6.
Budaya barat yang bebas keluar masuk
Adanya
budaya barat di Indonesia turut menjadi faktor yang menyebabkan memudarnya
batik, hal ini dikarenakan bebas keluar
masuknya budaya barat tanpa adanya sebuah filter terlebih dahulu dari
masyarakat. Misalnya, ketika ada sebuah tren fashion baru dari budaya barat
yang masuk ke Indonesia, banyak generasi muda yang langsung memakai tren
fashion tersebut tanpa memfilter terlebih dahulu dan tanpa melihat budaya
sendiri.
C.
Upaya Yang Dapat Dilakukan Untuk Mempertahankan Batik
Dalam
mempertahankan batik sebagai identitas kultural perlu upaya dari segala pihak,
baik dari pemerintah ataupun masyarakat. Berikut adalah upaya yang dapat
dilakukan untuk mempertahankan batik :
1.
Menumbuhkan kesadaran kebudayaan
Adalah tugas
kita bersama untuk meningkatkan kesadaran budaya dan kesadaran sejarah pada
masyarakat luas. Adanya kesadaran budaya ditandai oleh, pertama, pengetahuan
akan adanya berbagai kebudayaan suku bangsa yang masing-masing mempunyai jati
diri beserta keunggulan-keunggulannya. Kedua , sikap terbuka untuk
menghargai dan berusaha memahami kebudayaan suku-suku bangsa di luar suku
bangsanya sendiri, dengan kata lain kesediaan untuk saling kenal. Ketiga ,
pengetahuan akan adanya berbagai riwayat perkembangan budaya d berbagai tahap
maa silam , dan keempat , pengertian bahwa disampng merawat dan
mengembangkan unsur-unsur warisan budaya, kita sebagai bangsa Indonesia yang
bersatu juga sedang memperkembangkan sebuah kebudayaan baru, yaitu kebudayaan
nasional , yang dapat mengambil sumber dari manapun, yaitu dari warisan budaya
kita sendiri maupun dari unsur budaya asing yang dianggap dapat meningkatkan
harkat dan martabat bangsa. [22]
Adanya
kebudayaan modern yang muncul di era globalisasi ini membuat kebudayaan lokal
menjadi semakin hari semakin pudar. Sehingga perlu adanya usaha untuk membangun
kesadaran masyarakat untuk mencintai produk-produk dalam negeri khususnya
batik.[23]
Dengan adanya sebuah sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya melestarikan
budaya sendiri dan mengajak untuk dapat memfilter budaya modern khususnya
budaya barat.
2.
Menumbuhkan rasa cinta batik dengan cara persuasi
Banyak
sekali cara yang dapat kita lakukan untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap batik
dengan cara persuasi. Pertama, dengan melakukan promosi ke berbagai media pemberitaan melalui media
massa, koran, radio, televisi, atau melalui akun media sosial yang termasuk
media pemberitaan yang murah yang dapat diterima mudah oleh masyarakat pengguna
sosial media sehingga menjadi pilihan tepat untuk promosi.[24]
Kedua,mengadakan sebuah event seperti seminar, pameran, bazar. Even semacam
itu akan menarik banyak sekali perhatian dari segala kalangan apabila
dipromosikan dengan baik. Dengan mengadakan even juga mampu menyatukan seluruh
lapisan masyarakat terutama para pengrajin batik, sehingga mereka dapat berbagi
pengalaman atau berbagi pengetahuan dalam membatik.
3.
Meningkatkan peran pemerintah
Peran
pemerintah disini sangat diperlukan dalam melestarikan batik sebagai identitas
kultural. Berikut adalah upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk ikut andil
dalam melestarikan batik :
a.
Memberikan modal pinjaman
Pemerintah
tidak harus memberikan hibah atau bantuan secara Cuma-Cuma, karena apabila
pengrajin diberikan bantuan (modal) secara Cuma-Cuma dan ketika modal tersebut
habis mereka akan berhenti. Hal ini berbeda jika pengrajin diberi modal
pinjaman, mereka akan merasa bertanggungjawab untuk mengembalikan pinjaman
tersebut dan mereka akan tetap melanjutkan usaha mereka. Hal tersebut mampu
menunumbuhkan rasa tanggungjawab yang tinggi pada pengrajin batik.[25]
b.
Pelatihan batik
Pelatihan
batik dari pemerintah dirasa sangat perlu untuk memperbanyak kreasi batik.
Sehingga pengrajin tidak hanya mengekor kepada motif pengrajin yang lain. Dan
dengan pelatihan batik ini mampu menambah Sumber Daya Manusia (SDM) untuk
menjadi pekerja di ranah batik.
c.
Informing (memberi penjelasan)
Generasi
muda pada saat ini mungkin lebih banyak yang menyukai budaya luar daripada
budaya sendiri khususnya batik. Dengan informing (memberi penjelasan) atau
lebih tepatnya sosialisasi mengenai batik dengan memasukan batik ke dalam dunia
pendidikan akan menambah wawasan dan penjelasan dikalangan pelajar mengenai
batik.[26]
4.
Memanfaatkan teknologi
Dengan
semakin pesatnya perkembangan teknologi di dunia khususnya Indonesia.
Masyarakat dituntut untuk mengikuti perkembanga tersebut. Namun pada
kenyataannya banyak masyarakat yang tidak mampu mengikutinya.[27]
Para pengrajin batik juga dituntut untuk mampu memanfaatkan teknologi supaya
mampu mengembangkan usaha batik mereka. Dengan internet misalnya, promosi
dengan menggunakan media elektronik seperti internet sangatlah murah dan
efektif untuk memperkenalkan produknya.
5.
Menghargai
batik
Sebuah penghargaan dan kebanggaan tentu tidak hanya terucap di
bibir saja, tetapi butuh tindakan yang nyata. Tidak perlu membeli batik yang
mahal jika kita tidak mempunyai uang, kita bisa ikut berkarya dalam membatik
misal memberi ide-ide mengenai desain batik, mempromosikan batik dll.
6.
Diplomasi
budaya
Dalam
pengembangan budaya di Indonesia terutama budaya batik diperlukan adanya suatu
diplomasi budaya (pengenalan budaya) untuk mencegah budaya kita di klaim oleh
negara lain. Diplomasi budaya yang efektif harus pula ditunjang secara
meyakinkan oleh perkembangan dalam negeri sendiri terlebih dahulu. Disamping
ini diplomasi budaya tidak hanya melalui jalur seni. Jalur ilmu pengetahuan
tidak kalah pentingnya. Malahan jika ilmuwan Indonesia dapat menampilkan
kekreatifan yang istimewa bermutu tinggi di bidang apa saja, pastilah hal ini
akan tambah mempercantik citra indonesia
di mata dunia.[28]
D.
Tanggapan
Dari Budayawan Serta Pengusaha Batik
Batik adalah sebuah karya seni yang pada setiap motif batik yang tergambar mengandung
sebuah makna tersendiri. Konsep isian pada batik pun merupakan sebuah
implementasi ekspresi dari seorang pengrajin batik. Biasanya sebuah kain batik
itu di beri sebuah tanda tangan pengrajin. Pada zaman dahulu batik merupakan
sebuah identitas sosial dimana seseorang bisa dinilai tingkat status sosialnya
dari batik yang dikenakan.
Di zaman sekarang
generasi muda banyak yang mengacuhkan budaya batik dan lebih beralih ke
teknologi yang dibawa oleh budaya barat. Tetapi justru generasi muda lah yang
bertanggung jawab sebagai pewaris budaya batik. Kurangnya tingkat kreatifitas
pengrajin batik yang dibarengi dengan jumlah SDM yang saat ini notabenenya
adalah orang-orang tua merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
perkembangan batik di Indonesia ini menjadi terhambat.
Perlu ditumbuhkannya
rasa menghargai dan kebanggaan terhadap batik misalnya dengan membuat acara
seminar, pameran atau bazar dan berkunjung ke museum batik sangat membantu
untuk mengembangkan batik lebih baik. Yang miris ketika produk batik yang di
produksi dan di distribusikan ke pasar luar negeri justru lebih laku daripada
produk batik yang di jual di pasar dalam negeri. Pada saat ini jumlah pengrajin
batik dan pengusaha batik yang mendominasi adalah pengusaha dan pengrajin batik
yang berasal dari Pekalongan. Dan yang penyuplai di pasar batik di Indonesia
70% adalah batik karya pengrajin dari daerahPekalongan. Untuk itu perlu ditingkatkan
kreatifitas-kreatifitas pengrajin dari daerah lain yang nantinya ikut dalam
menyuplai batik dan melestarikan batik di Indonesia
BAB III
KESIMPULAN
Sebuah kebudayaan akan selalu mengalami siklus, apabila kebudayaan
tersebut tidak mampu bartahan, kebudayaan itu akan hilang. Begitu juga dengan
batik, apabila masyarakat tidak mampu mempertahankannya maka batik akan hilang
bahkan diklaim oleh negara lain. Dari faktor-faktor yang menyebabkan memudarnya
batik di Indonesia seperti : perkembangan
teknologi yang sangat pesat, kurangnya penghargaan terhadap seniman (pengrajin
batik), kurangnya kesadaran akan budaya batik, kurangya peran
pemerintah, tingkat kreativitas pengrajin yang
rendah, budaya barat yang bebas keluar masuk yang telah dipaparkan tentu
juga ada solusi atau upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut,
diantaranya : menumbuhkan kesadaran kebudayaan, menumbuhkan rasa cinta batik
secara persuasi, meningkatkan peran pemerintah, memanfaatkan teknologi,
menghargai batik, dan melakukan diplomasi kebudayaan. Di dalam proses
pengembangan kebudayaan prinsip-prinsip dasar atau sila-sila dari pancasla
merupakan acuan, dasar dan sumber mata air. Dalam nilai sila kedua pancasila,
proses-proses pengembangan kebudayaan mendasarkan fokus arahnya pada
kemartabatan kemanusiaan yang dalam relasi menghayati perbedaan tetap harus
adil dan menghayati kebersamaan berdasar hormat kemanusiaan itu secara beradab.
Dengan sila kedua tersebut, peran dari seluruh masyarakat Indonesia sebagai
manusia yang beradab sangat diperlukan untuk pengembangan dan pelestarian
budaya batik.
DAFTAR PUSTAKA
Anshory CH,
Nasruddin. 2013. Strategi Kebudayaan Titik Balik Kebangkitan Nasional. Malang:
Universitas Brawijaya Press
Bakker SJ, J.W.M. 2001. Filsafat Kebudayaan , Sebuah Pengantar. Yogyakarta:
Kanisius
Gazalba, Sidi. 1968. Pengantar Kebudayaan Sebagai Ilmu. Jakarta.
Pustaka Antara
Irawan, Sukma. 2008 “Makna Motif Batik Yogyakarta”. Dalam skripsi.
Yogyakarta.
Kurniyawan,
Nanang. 2015. “Peran Pemerintah Kabupaten Dan UKM Dalam Pemberdayaan Pengrajin
batik Di Desa Tancep Kecamatan Ngawen Kabupaten Gunung Kidul”. Dalam skripsi.
Yogyakarta.
Lubis, mochtar.
1993. Budaya, Masyarakat Dan Manusia Indonesia. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia.
Pangalila ,
Monica Merly. 2015. “Promosi Ikatan Pecinta Batik Nusantara dalam Menumbuhkan
Rasa Cinta Batik melalui Event Putra Putri Batik Nusantara”. Dalam skripsi.Yogyakarta.
Pangesti, Amelia
Widya. 2016. “Proses Pembentukan Citra Pariwisata Daerah Melalui Peran
Community Development (Studi Kualitatif Komunitas Pengrajin Batik Gumelem di
Kabupaten Banjarnegara”. Dalam skripsi.Yogyakarta.
Saksono, Ign. Gatut. 2007. Pancasila Soekarno. Yogyakarta: CV.
Urna Cipta Media Jaya
Sasongko, Bumi. 2016. Batik Nusantara. Dalam http://www.batikbumi.net/
2016/10/batik-nusantara.html. diakses pada 21 Desember 2016.
Sedyawati, Edi.
2007. Budaya Indonesia: Kajian Arkeologi , Seni , Dan Sejarah. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Soekanto, Soerjono. 1988. Memperkenalkan Sosiologi. Jakarta:
CV Rajawali
Sumbulah, Umi
dan Nurjanah. 2013. Pluralisme Agama : Makna dan Lokalitas Antarumat Beragama.
Malang: UIN Maliki Press.
Sutrisno, Mudji. 2013. Ranah-Ranah Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius
Wawancara Aly D Musrifa. Teatrikal Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga.
2 Desember 2016.
[1] Umi Sumbulah dan Nurjanah. Pluralisme
Agama : Makna dan Lokalitas Antarumat Beragama. Malang: UIN Maliki Press. 2013.
hlm 1
[2] Bumi Sasongko. Batik Nusantara.
Dalam http://www.batikbumi.net/
2016/10/batik-nusantara.html. diakses pada 21 Desember 2016. 2016.
[3] J.W.M Bakker
SJ. Filsafat Kebudayaan Sebuah Pengantar. Yogyakarta : Kanisius. 2001.
hlm 31-32
[4] Sidi Gazalba. Pengantar
Kebudayaan Sebagai Ilmu. Jakarta :
Pustaka Antara. 1968. hlm 37
[5] Soerjono
Soekanto. Memperkenalkan Sosiologi. Jakarta : CV Rajawali. 1988. hlm 91
[6] Sidi Gazalba. Pengantar
Kebudayaan Sebagai Ilmu. hlm 135
[7] J.W.M Bakker SJ.
Filsafat Kebudayaan Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Kanisius. 2001. hlm
31-32
[8] Nasruddin
Anshory CH. Strategi Kebudayaan Titik Balik Kebangkitan Nasional.Malang:
Universitas Brawijaya Press. 2013. hlm 67
[9] Sidi Gazalba. Pengantar
Kebudayaan Sebagai Ilmu. Jakarta: Pustaka Antara. 1968. hlm 36
[10] Soerjono
Soekanto. Memperkenalkan Sosiologi. Jakarta: CV Rajawali. 1988. hlm 8
[11] Sidi Gazalba. Pengantar
Kebudayaan Sebagai Ilmu. Jakarta: Pustaka Antara. 1968. hlm 35
[12] Ign. Gatut
Saksono. Pancasila Soekarno. Yogyakarta: CV. Urna Cipta Media Jaya. 2007.
hlm 48
[13] Sukma Irawan. “Makna
Motif Batik Yogyakarta”. Dalam skripsi.Yogyakarta: 2008. hlm 1
[14] Sukma Irawan.
“Makna Motif Batik Yogyakarta”. Dalam skripsi.Yogyakarta: 2008.
hlm 1-2
[15] Bumi Sasongko. Batik Nusantara. Dalam http://www.batikbumi.net/
2016/10/batik-nusantara.html. diakses pada 21 Desember 2016. 2016.
[16] Wawancara Aly
D Musrifa. Teatrikal Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga. 2 Desember 2016. 2016
[17] Wawancara Aly
D Musrifa. Teatrikal Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga. 2 Desember 2016. 2016
[18] Mudji
Sutrisno.Ranah-Ranah Kebudayaan.Yogyakarta:Kanisius.2013.hlm 70
[19] Wawancara Aly D Musrifa. Teatrikal
Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga. 2 Desember 2016. 2016
[20] Mochtar Lubis.Budaya Masyarakat.dan manusia
indonesia.Jakarta.Yayasan Obor Indonesia. 1993.hlm 250
[21] Wawancara Aly
D Musrifa. Teatrikal Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga. 2 Desember 2016. 2016.
[22] Edi Sedyawati.Budaya
Indonesia: Kajian Arkeologi , Seni , Dan Sejarah.Jakarta.PT RajaGrafindo
Persada. 2007.hlm 330
[23] Amelia Widya
Pangesti. “Proses Pembentukan Citra Pariwisata Daerah Melalui Peran Community
Development (Studi Kualitatif Komunitas Pengrajin Batik Gumelem di Kabupaten
Banjarnegara”. Dalam skripsi.Yogyakarta: 2016. Hlm 98
[24] Monica Merly
Pangalila. “Promosi Ikatan Pecinta Batik Nusantara dalam Menumbuhkan Rasa Cinta
Batik melalui Event Putra Putri Batik Nusantara”. Dalam skripsi.Yogyakarta:
2015. hlm 89
[25] Nanang
Kurniyawan. “Peran Pemerintah Kabupaten Dan UKM Dalam Pemberdayaan Pengrajin
batik Di Desa Tancep Kecamatan Ngawen Kabupaten Gunung Kidul”. Dalam skripsi.Yogyakarta:
2015. hlm 88
[26] Amelia Widya
Pangesti. “Proses Pembentukan Citra Pariwisata Daerah Melalui Peran Community
Development (Studi Kualitatif Komunitas Pengrajin Batik Gumelem di Kabupaten
Banjarnegara”. Dalam skripsi.Yogyakarta: 2016. Hlm 100
[27] Nanang
Kurniyawan. “Peran Pemerintah Kabupaten Dan UKM Dalam Pemberdayaan Pengrajin
batik Di Desa Tancep Kecamatan Ngawen Kabupaten Gunung Kidul”. Dalam skripsi.Yogyakarta:
2015. hlm 90
[28] Mochtar
Lubis.Budaya Masyarakat dan manusia indonesia.Jakarta.Yayasan Obor Indonesia:
1993.hlm 232
kelinci99
BalasHapusTogel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
yukk daftar di www.kelinci99.casino